Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychēyang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Psikologi
tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang
abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari
jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau
kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Defenisi
ini membuat psikologi bergeser dari yang mempelajari jiwa ke penelitian
tingkah laku. Ini dapat dilihat dari sejarah psikologi dari awal (dari
masa Yunani) sampai masa sekarang.
Defenisi psikologi
selalu tergeser, sehingga mempengaruhi metodologi perkembangannya
disetiap waktu dan tempat. Bahkan perbedaan ini yang memunculkan aliran
psikologi yang beragam. Perkembangan psikologi terakhir yang kontemporer
dengan pendekaatan Indegeneous (kearifan local) maupun studi lintas budaya (Cros CulturPsychology) ataupun karakteristik individual (Positive Psychology).
Defenisi Menurut Beberapa Tokoh:
- Wilhelm Wundt: Psikologi adalah ilmu yang mempelajari kesaradan Manusi
- Woodworth dan Marquis: Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yang terlihat maupun yang tidak telihat meliputi aktivitas fisik, emosional, dan berpikir.
- Fieldman: Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku dan proses mental.
- Clifford T. Morgan: Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang memeplajari perilaku manusia dan hewan.
- Gardner Murpgy: Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
- Kamus Psikologi (Chaplin): Psychology as a science (psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan) adalah ilmu mengenai tingkah laku manusia dan binatang; studi mengenai organisme dalam segala variasi dan kompleksitasnya, untuk bereaksi terhadap perubahan yang terus menerus dan aliran dari kejadian-kejadian fisik/ragawi dan peristiwa-peristiwa sosial yang menyusun lingkungannya.
Sejarah Psikologi
Dilihat
dari sejarah, psikologi sudah berkembang sejak berabad-abad yang lalu
bahkan sebelum masehi (Zaman Yunani) sampai sekarang. Ini dilihat dari
sejarah bahwa psikologi yang dimaksud adalah pembahasan tentang jiwa
manusia. Bahkan di dalam kitab setiap agama kita akan mendapati istilah
psikologi (jiwa). Sehingga sejarah psikologi bisa dilihat dari sudut ini
pula. Tetapi sekarang, kita akan membahas sejarah psikologi dengan
membahas pembabakan sejarahnya sesuai dengan perkembangan ilmu zaman
itu. Sebagai catatan bahwa ilmu psikologi modern tidak bias dipisahkan
dengan sejarahnya di Filsafat. Sebagian ahli berpendapat bahwa psikologi
berkembang dari ilmu filsafat yang memisahkan diri sebagai ilmu
mandiri.
A. Masa Yunani
Pendekatan
dan orientasi filsafat masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam,
empirical observations, ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan
matematika, meletakkan dasar ciri natural science pada psikologi, yaitu
objective, experimentation and observation, the real activity of living
organism. Pertanyaan utama yang selalu berulang:
Why do we behave as we do?
Why are we able to generate reasonable explanation of some actions but not of others?
Why do we have moods?
Why do we have moods?
Why do we seem to know what we know?
Efforts to find ‘the cause’.
Comte: causal explanation adalah indikator untuk perkembangan tahap intelektual bagi peradaban manusia.
Masa
Pra Yunani Kuno : tahap intelektual masih primitive,
yaitu theological/animism : atribusi ‘the cause’ pada dewa-dewa atau
spiritual power. Contoh : Mesir
Manusia adalah pihak yang
lemah. Perilaku ditentukan oleh kekuatan para spirit, maka tugas utama
manusia adalah menjaga hubungan baik dengan mereka dengan cara
menjunjung tinggi otoritas para spirit.
Sejak zaman
filsuf-filsuf besar seperti Socrates (469-399 SM) telah berkembang
filsafat mental yang membahas secara jelas persoalan “jiwaraga”.
Kejayaan
masa Yunani ditandai oleh pemikiran dari tiga filsuf besar: Socrates,
Plato, Aristoteles; walau masih dipengaruhi pemikiran-pemikiran masa
sebelumnya (masa Yunani Kuno)
B. Masa Abad Pertengahan
Masa abad pertengahan yang dimaksud adalah menurut pembabakan di bawah ini:
a. Akhir Hellenistic
Pendekatan
natural science dari Aristoteles disebarkan oleh muridnya, Alexander
the Great melalui ekspansi militer sampai ke daerah Timur. Bersamaan
dengan itu mulai juga masuk pandangan belahan dunia Timur ke Barat,
terutama Persia, India, dan Mesir. Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander
the Great, pengaruh timur ini semakin kuat, ditandai dengan menguatnya
pandangan spiritualitas menggantikan naturalisme.
b. Masa Romawi
Konteks sosial :
- Pemerintahan kekaisaran romawi yang mendunia dengan tertib administrasi kependudukan yang kuat serta jaminan akan ketentraman sosial.
- Pemikiran tentang manusia dan alam menjadi lebih pragmatis, spesifik dan spesialis. Bangsa Romawi lebih tertarik pada ilmu pengetahuan yang teknikal dan aplikatif, seluruhnya diarahkan untuk memperkuat dominasi kekaisaran Romawi.
- Ide-ide dan pemikiran tentang manusia berkembang subur, bahkan juga ide-ide ketuhanan
Pengaruh bagi perkembangan pemikiran tentang manusia:
- Filsafat yang berkembang memiliki konteks yang lebih terbatas dan spesifik, serta tampak dalam bentuk yang nyata, misalnya ritual religi masyarakat Romawi.
- Fokus yang dibicarakan:
a) dikotomi
aktif-pasif, apakah jiwa (yang menggambarkan manusia) adalah unsur yang
aktif dan mandiri terhadap lingkungan ataukah unsur yang pasif dan hanya
bisa memberi reaksi.
b) dikotomi passion – reason
c)
manusia dipandang sebagai makhluk yang kehidupannya didorong oleh usaha
untuk mencari cara ‘menguasai’ keinginan fisik melalui penolakan dunia
materiil dan mencari kebenaran dalam alam dan Tuhan (Neoplatonism)
- Pengaruh pada pemikiran tentang. nilai moral.
- Pemikiran pada masa Romawi memberi jalan bagi berkembangnya kekristenan.
c. Pengaruh Kristen
Konteks sosial :
- masa penyebaran agama Kristen dengan tokoh Yesus sebagai perwujudan "manusia sempurna" beserta perilakunya yang harus jadi teladan.
- paham Tritunggal yang mengandaikan x=3x
- gereja dan para ulamanya berperan penting dalam masyarakat
- peran gereja menjadi dominan dalam perkembangan intelektualitas di masyarakat, banyak cendekiawan berlatar belakang ulama.
- secara gradual, gereja menjadi penentu nilai di masyarakat dan berhak melakukan sensor atas tulisan atau ide yang muncul. Gereja juga adalah penyelenggara pendidikan moral. Peran gereja dirasakan kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka muncul universitas-universitas di Eropa yang menawarkan kebebasan berpikir secara lebih luas. Terjadi pertentangan antara gereja dan masyarakat.
Pengaruh pada pandangan mengenai manusia :
- Manusia bukan hanya physical being, tetapi juga spiritual entity. Aspek spiritual tidak diatur oleh hukum alam. Jiwa manusia (soul) ada pada dunia yang tidak nyata (intangible), tidak dapat dibuktikan dengan mata, dan eksistensinya hanya dapat dibuktikan lewat percaya (iman).
- Menempatkan ide Plato dalam konteks kekristenan
- Usaha untuk menjelaskan hubungan antara body and soul sebagai suatu dualisme, bukan sst yang harus dipertentangkan, body dan soul masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
Beberapa Tokoh abad Ini:
1) St. Agustinus
- Filsuf pertama pada masa Kekristenan.
- Tuhan adalah kebenaran yang menciptakan manusia, bumi dan surga. Jiwa manusia adalah image dari Tuhan.
- Pentingnya eksplorasi spiritualitas sebagai usaha manusia untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Faktor materiil tidak penting, rationalitas juga tidak terlalu dapat dipercaya. Maka pandangannya betul-betul merupakan kebalikan dari pandangan natural science yang empiris dan objektif. Hanya melalui transendensi manusia dapat sedekat mungkin dengan Tuhan dan berarti juga sedekat mungkin dengan kebenaran.
- Sumbangan bagi psikologi : metode introspective. Teknik utama manusia untuk melakukan transendensi.
Dalam
psikologi modern teknik ini digunakan oleh beberapa aliran besar
seperti strukturalisme (teknik utama untuk menggali jiwa manusia),
gestalt, dan psikoanalisa.
2) Thomas Aquinas
- Mentransformasikan pandangan Aristoteles ke dalam konsep-konsep kekristenan. Apa yang dikenal sebagai reason oleh Aristoteles diterjemahkan sebagai soul oleh Aquinas. Maka soul adalah sesuatu yang vital bagi manusia, tujuan utamanya adalah memahami dunia, hal yang tidak dapat dilakukan oleh fisik manusia semata.
- Namun demikian, banyak act dari soul yang membutuhkan tubuh fisik manusia sebagai kekuatan yang dapat mewujudkannya.
- Sumbangan bagi science/psikologi modern: Pengubahan mutlak dari Aristoteles’ natural science dan Pengembangan dualisme
Sepanjang
masa ini, perdebatan mengenai manusia bergeser dari topik kehidupan
yang luas, hubungan antara manusia dengan lingkungannya /alam, ke arah
pemahaman tentang kehidupan secara lebih spesifik, yaitu hubungan antara
aspek-aspek di dalam diri manusia itu sendiri. Menunjukkan semakin
mendalamnya perhatian dan concern awal mengenai manusia itu sendiri.
Meskipun demikian, pengaruh kuat gereja menyebabkan pemikiran tentang
manusia tidak bebas, dan otoritas ketuhanan tetap dijunjung sebagai
otoritas tertinggi
C. Masa Renaissans
Konteks sosial dan intelektual
Masa
ini merupakan merupakan reaksi terhadap masa sebelumnya, dimana
pengetahuan bersifat doktrinal di bawah pengaruh gereja dan lebih
didasarkan pada iman. Reaksi ini sedemikian kuat sehingga dapat
dikatakan peran nalar menggantikan peran iman, ilmu pengetahuan
menggantikan tempat agama dan iman di masyarakat. Semangat pencerahan
semakin tampak nyata dalam perkembangan science dan filsafat melalui
menguatnya peran nalar (reason) dalam segala bidang, dikenal sebagai the age of reason.Akal budi manusia dinilai sangat tinggi dan digunakan untuk membentuk pengetahuan.
Masa Rennaissance ditandai dengan bergesernya fokus pemahaman dari God-centeredness menjadi human-centerednes,
dikenal dengan istilah sekularisasi atau humanity. Tulisan-tulisan
filsuf terkenal seperti Plato, Aristoteles dan lain-lain dikaji untuk
melihat bagaimana pola pikir penulisnya dan konteks histories waktu
tulisan itu dibuat. Maka yang dicari adalah human truth dan bukan God truth. Kesimpulan akhirnya adalah penerimaan bahwa kebenaran memiliki lebih dari satu perspektif.
D. Masa Pasca Renaisans dan Revolusi Ilmiah
Konteks sosial dan intelektual
Ada beberapa pandangan penting tentang manusia pada masa ini:
Pola
pikir yang lebih mekanistik dalam memandang alam dan manusia. Itu
berarti alam memiliki sistem, dapat diramalkan, dan tidak tunduk pada
hukum-hukum spritual belaka. Manusia juga memiliki reason, kemampuan
untuk berpikir logis dan dengan demikian tidak tunduk total kepada hukum
spiritual dan kesetiaan semata.
Penganjur :
- Teori Newton tentang gravitasi
- Heliosentris Copernicus (bertentangan dg Galileo)
- Mind-body solution dari Descartes
Nature
philosophy : alam diatur menurut hukum yang pasti, empirik dan dapat
dibuktikan lewat eksperimen. Memahami alam harus diikuti sikap mental
pengujian fakta obyektif dan eksperimental.
Implikasinya
adalah munculnya diskusi tentang. ‘knowledge’ yang menyebabkan
perkembangan ilmu dan metode ilmiah yang maju dengan pesat. Penekanan
pada fakta-fakta yang nyata daripada pemikiran yang abstrak. Ilmu-ilmu
eksakta yang menggunakan pendekatan empiri menjadi semakin dominan,
sesuatu yang sampai sekarang juga masih dapat dirasakan pengaruhnya.
Pada masa ini ilmu fisikalah yang dikenal sebagai ‘the queen of
science’, dengan munculnya fisikawan besar seperti Newton.
Rene Descartes (1596-1650) mengemukakan bahwa manusia memiliki dimensi jiwa dan raga yang tidak dapat dipisahkan.
Ada 3 aliran yang berkembang (Dibawah Pengaruh Faal):
1. Fisiologis:
Kemajuan-kemajuan di bidang fisiologis,
meliputi riset-riset di bidang aktivitas syaraf , sensasi, dan otak
yang memberi dasar empiris bagi fungsi-fungsi yang sebelumnya dianggap
fungsi dari soul (jiwa), yang juga sebelumnya dianggap sangat abstrak.
Tokoh-tokoh penting :
Tokoh-tokoh penting :
- Charles Bell-Francoise Magendie : fakta bahwa syaraf sensoris dan motorik beroperasi secara terpisah dan searah. Mengikis anggapan bahwa syaraf manusia mencover keduanya, mengkomunikasikan informasi motorik kepada urat syaraf melalui ‘getaran’ yang diperoleh dari informasi sensoris.
- Johannes Mueller : lebih menekankan pada proses transmisi syaraf. Doctrine of Specific Nerve Energies : transmisi syaraf adalah proses yang menjembatani antara sensed object dengan mind. Maka awareness manusia, bukan semata-mata disebabkan oleh objek tertentu, juga bukan karena jiwa, tapi diperantarai oleh proses transmisi syaraf. Pandangan ini melengkapi penjelasan ttg peran mind dan consciousness (cogito ergo sum) dan menjadi dasar bagi penelitian mengenai lokasi spesifik dari fungsi tertentu di otak.
- Marshall Hall : refleks dikomandoi oleh syaraf tulang belakang (spinal cord) dan bukan syaraf batang otak. Mendiferensiasikan gerakan tubuh ke dalam 4 kelompok : voluntary movement, respiratory movement, involuntary movement, dan refleks. Pandangannya ini memicu diskusi mengenai kesadaran yang sangat relevan bagi perkembangan psikologi.
- Paul Broca (1824 – 1880), menemukan pusat Broca yang mengendalikan aktivitas bicara. Ia merupakan tokoh penting dalam studi fisiologis otak. Studi ini berkembang dari phrenology (Gall & Spurzheim), satu-satunya pendekatan yang waktu itu berfokus pada otak . Fokus utama dari eksplorasi fisiologis otak adalah untuk menemukan lokasi fisiologis dari bagian-bagian mental, bagian tertentu dari otak yang merupakan central dari aktivitas mental manusia.
- Pierre Flourens (1794-1867), mencoba pendekatan dengan bukti non-pathological (melengkapi Broca), menemukan pusat-pusat penting dari otak yaitu:
- Cerebral hemisphere : willing, judging, memory, seeing, and hearing
- Cerebellum : motor coordination
- Medulla oblongata: mediation of sensory and motor function
- Corpora quadrigemina : vision
- Spinal cord : conduction
- Nerves : excitation
- Para ahli yang bersibuk diri dengan studi fisiologis dari sensasi, berusaha menguraikan anatomi dari reseptor indrawi dan menganalisis pengalaman psikologis yang dihasilkan berdasarkan proses fisiologisnya. Tokoh : Thomas Young (1773-1829) : trichromatic theory, Jan Purkinje (1787-1869) : hubungan sistematis antara struktur mata dan syaraf ke otak untuk menjelaskan perceptual error.
2. Psikofisiologis
Psychophysics, adalah
bagian dari disiplin ilmu fisiologi yang memfokuskan pada subjective
experience dalam mempelajari hubungan antara stimulus fisik dan
sensasinya. Sensasi yang dirasakan oleh pancaindera manusia dipandang
sebagai refleksi hubungan soul-body dan tidak semata-mata dijelaskan
dari sudut anatomi atau fisik saja. Psychophysics merupakan tahap
transisi yang krusial antara bidang fisiologis dengan awal pemunculan
psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu. Oleh karena itu para tokoh
psychophysics dapat dianggap sebagai tokoh pendiri psikologi.
Tokoh-tokoh penting :
a)
Gustav Theodor Fechner : hubungan antara sensasi dan persepsi,
menganggap psikofisik sebagai sebuah ilmu eksak untuk menjelaskan
hubungan antara body and mind. Ia tidak setuju dengan materialism, yaitu
bahwa mind harus selalu diwujudkan dalam bentuk nyata baru bisa
diteliti, sebaliknya ia berpegang pada tradisi pemikiran Jerman dimana
mind diangagp sebagai sesuatu yang aktif dan memiliki struktur secara
mandiri. Ia mengajukan ilmu empiris tentang mind dimana meningkatnya
bodily and sensory stimulations dianggap sebagai indicator atau
measurement untuk intensitas pengalaman mental.
Konsep utama : ambang atau threshold. (absolute threshold, just noticeable threshold).
b)
Hermann von Helmholtz (1821-1894)Seorang pelopor psikologi eksperimen,
banyak menggunakan waktu reaksi dalam penelitiannya, merupakan sesuatu
yang masih banyak digunakan dalam psi eksperimen sampai sekarang.
Konsepnya : unconscious inference : penyimpulan hasil persepsi manusia diperoleh berdasarkan proses yang berulang sehingga akhirnya menjadi sesuatu yang tidak disadari,‘irresisitible’, sekali terbentuk sulit secara sadar untuk dimodifikasi, dan digeneralisasikepada stimulus yang mirip di lingkungan. Konsep penting lain : unbewusster schluss
Para
tokoh psychophysics menunjukkan area studi yang tidak dengan mudah
diakomodasi dalam ilmu fisika, fisiologis, atau filosofi. Area studi
inilah yang berkembang menjadi obyek studi psikologi.
3. Evolusi
Evolusi, yang
dikemukakan oleh Charles Darwin (1809-1882) merupakan titik penting
dalam pemikiran mengenai manusia karena mengajukan ide bahwa keberadaan
manusia merupakan bagian dari proses adaptasi makhluk hidup dengan alam,
manusia bukan secara spesial diciptakan dan dengan demikian
perbedaannya dengan makhluk lain hanya bersifat gradual, bukan kualitas.
Pandangan ini penting dan relevan sekali bagi perkembangan psikologi,
terutama memberikan ide mengenai individual difference, perbedaan antar
individu juga sifatnya hanya gradual, bukan kualitas.
Tokoh penting :
Francis
Galton (1822 – 1911) : dikenal sebagai bapak psikologi eksperimental
Inggris. Menampilkan aspek praktikal dan kegunaan dari teori evolusi
Darwin, mentransfer teori Darwin dari konteks biologis ke dalam konteks
perbaikan dalam masyarakat.
Perkembangan dalam dunia psikiatri
Sumbangan
dari dunia psikiatri terutama pada eksplorasi gejala-gejala patologis
kejiwaan dan pengayaan dalam bidang metodologi. Bidang ini terutama
terkait dengan psikologi klinis.
Tokoh :
- Kraepelin : penggolongan psikosis, determinan fisiologis dari kelainan jiwa, penyusunan tes psikologis untuk penderita kelainan jiwa.
- Kretschmer: hubungan bentuk tubuh dan kelainan kejiwaan, dan tipologi bawaan
E. Psikologi sebagai ilmu yang mandiri (Akhir Abad Ke-19)
Konteks sosial dan intelektual
- Pada akhir abad 19, dengan perkembangan natural science dan metode ilmiah secara mapan sebagaimana diuraikan di bagian sebelumnya, konteks intelektual Eropa sudah ‘siap’ untuk menerima psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri dan formal.
- Tanah kelahiran psikologi adalah Jerman. Oleh karenanya munculnya psikologi tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial Jerman dan orientasi intelektual Wilhelm Wundt, orang pertama yang memproklamirkan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu.
1. Konteks sosial Jerman
- Konteks ilmiah Jerman pada abad 19 ditandai dengan mulai berdirinya institusi universitas dengan misinya untuk membentuk manusia berkualitas (berbudaya dan memiliki integritas) dan penyedia tenaga kerja yang professional.
- Ilmu psikologi didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang menyumbang pada pembentukanBildungsburger, culturally educated citizens. Maka psikologi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai kualitas manusia ideal Jerman. Sebagai sebuah ilmu yang hubungannya paling dekat dan paling langsung dengan manusia, psikologi berada di antara dua kepentingan : hubungannya dengan ilmu-ilmu yang kongkrit dan aplikatif dan hubungannya dengan ilmu-ilmu kemanusiaan seperti filasafat, teologi.
- Wundt sendiri menganggap psikologi sebagai bagian dari filsafat. Namun dengan berkembangnya karir pribadinya, ia mulai menentukan batas-batas yang dapat dilakukan psi. sebagai sebuah ilmu alam, khususnya psikologi eksperimen. Dasar berpikir Wundt tentang psikologi menunjukkan bagaimana posisi psikologi dalam dua kepentingan itu sendiri. Baginya kesadaran manusia (consciousness) terdiri dari elemen-elemen. Namun elemen ini tergabung dalam kesatuan yang lebih besar melalui human will.
2. Riwayat dan pemikiran Wundt.
Wilhelm
Wundt (1832-1920) dilahirkan di Neckarau, Baden, Jerman, dari keluarga
intelektual. Ia menamatkan studi kesarjanaannya dan memperoleh gelar
doktor di bidang kedokteran dan tertarik pada riset-riset fisiologis. Ia
melakukan penelitian di bidang psikofisik bersama-sama dengan Johannes
Mueller an Hermann von Helmholtz. Karya utamanya pada masa-masa ini
adalah Grundzuege der Physiologischen Psychologie (Principles of physiological psychology) pada tahun 1873-1874.
Wundt
memperoleh posisi sebagai professor dan mengajar di Universitas Leipzig
dimana ia mendirikan Psychological Institute. Laboratorium psikologi
didirikan pada tahun 1879, menandai berdirinya psikologi sebagai sebuah
disiplin ilmu ilmiah. Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt
membiayainya dari kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat.
Setelah tahun 1885, lab ini baru diakui oleh universitas dan secara
resmi didanai oleh universitas. Laboratorium ini berkembang dengan pesat
sebelum akhirnya gedungnya hancur dalam PD2.
Selama di
Leipzing, Wundt adalah seorang pengajar yang sangat produktif,
membimbing 200 mahasiswa disertasi, mengajar lebih dari 24.000
mahasisiwa, serta menulis secara teratur.Pada tahun 1900 ia memulai
karya besarnya, Voelkerpsychologie, yang baru diakhirinya pada
tahun 1920, tahun dimana ia wafat. Karya ini berisi pemikirannya tentang
sisi lain dari psikologi, yaitu mempelajari individu dalam society,
tidak hanya inidvidu dalam laboratorium. Karya ini dapat dikatakan
sebagai jejak pertama Psikologi Sosial.
Pemikiran Wundt terbagi atas beberapa point penting:
- Adanya ‘an alliance between two science’, yaitu fisiologi dan psikologi. Fisiologi adalah ilmu yang menginformasikan fenomena kehidupan sebagaimana yang kita persepsikan melalui penginderaan eksternal sedangkan psikologi adlaah yang memungkinkan manusia melihat ke dalam dirinya dari sisi internal dirinya sendiri. Terkait dengan ikatan kedua cabang ilmu ini, ada beberapa pemikiran penting:
- Secara metodologi aliansi ini berarti apparatus dan teknik pengukuran yang ada di bidang fisiologi diaplikasikan kepada bidang psikologis, misalnya dengan waktu reaksi. Berdasarkan hal inilah, Wundt menamakan cabang ilmu baru yang ditemukannya ini sebagai psikologi eksperimental. Bagi Wundt metode eksperimen lebih ‘layak’ digunakan untk eksplorasi mind daripada yang biasa digunakan, yaitu ‘introspection’. Sebenarnya secara tradisional, Wundt bergantung pada observasi introspektiv dari alam sekitar dan dunia, dimana dipisahkan antara usaha untuk mengidentifikasi elemen-elemn mental dan mengidentifikasi proses mental yang mengintegrasikan elemen-elemen tersebut ke dalam pengalaman atau obyek yang koheren.
- Dengan aliansi ini psikologi menjadi lebih terbantu untuk menghadapi tantangan dunia natural science. Ilmu psikologi yang secara tradisional mempelajari soul (jiwa), kini mendapat justifikasinya selama elemen soul tsb di jabarkan ke dalam elemen fisiologis terkecil, misalnya susunan system syaraf. Maka dimungkinkan juga terjadinya reduksionism operasi mental ke dalam operasi neurologis.
- Melalui aliansi dengan ilmu yang lebih mapan kedudukannya seperti ilmu fisiologis, psikologi lebih mudah diterima dalam khasanah ilmu pengetahuan sebagai sebuah ilmu yang mandiri
- Pandangan tentang psikologi sebagai ilmu dan metodenya.
- Pemahaman Wundt tentang psikologi relatif konstan, yaitu “..as the study of the mind and the search for the laws that govern it..” (Leahey, 2000 : 253). Namun demikian, pandangannya mengenai metode paling tepat untuk menggali mind dan ruang lingkup mind itu sendiri berubah sejalan dengan perkembangan kematangan intelektualitasnya.
Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind mencakup proses-proses ketidaksadaran / unconciousness (sebagai karakteristik dari soul). Metode eksperimen adalah jalan untuk membawa penelitian tentang mind dari level kesadaran (consciousness) kepada
proses-proses yang tidak sadar. Dengan kata lain, metode eksperimen
adalah cara untuk membawa mind ke dalam batas-batas ruang lingkup
natural science yang obyektif dan empiris.Dalam perkembangannya, Wundt
mengakui bahwa metode eksperimental dalam psikologi fisiologi sangat
kuat untuk menggali elemen-elemen soul yang mendasar (misalnya persepsi,
emosi, dll). Namun di atas fenomena-fenomena mendasar ini masih ada
proses-proses mental yang lebih tinggi (higher mental process) yang
mengintegrasikan fenomena dasar tsb. Higher mental process ini muncul
dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi kekuatan sebuah peradaban
dan bersifat abadi, yaitu : bahasa, mitos, custom, budaya. Pada tahap
ini Wundt membatasi fungsi soul hanya pada tahap kesadaran.
Proses-proses ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari ‘study of the
mind’.
Research Method for Psychology, adalah
fokus pemikiran Wundt selanjutnya. Idenya tentang metode juga berkembang
sejalan dengan kematangan proses intelektualnya.
Metode yang pertama kali dianjurkan Wundt sebagai strategi ilmiah untuk eksplorasi psikologis adalah eksperimental self-observation/introspection, pengembangan dari metode perenungan (armchair subjective introspection) yang
sering dipakai dalam filsafat. Metode ini dilakukan oleh Wundt dg cara
sangat terkontrol sehinga dapat direplikasi. Metode ini dilakukan di
bawah pengawasan ketat dari seorang eksperimenter yang terlatih. Subyek
dimasukkan ke dalam situasi lab yang terkontrol dan diminta melaporkan
secara sistematis pengalaman yang dihasilkan dari situasi tersebut.
Eksperimenter mencatat hasil ini secara mendetil.
Metode
eksperimental introspection di atas sangat diutamakan oleh Wundt dalam
penelitian-penelitiannya pada masa ia memahami mind sbagai studi yang
mencakup unconsciousness. Metode ini dianggap lebih unggul daripada
introspeksi yang tradisional (armchair introspection) karena lebih mampu
menjangkau tahap unconsciousness daripada yang terakhir.Selain
eksperimental introspection, Wundt menemukan metode lain, yaitucomparative-psychological dan historical-psychological. Metode
eksperimental introspection hanya bermanfaat pada subyek dewasa yang
normal. Untuk anak-anak, binatang, dan individu dengan gangguan
kejiwaaan dilakukan comparative-psychological guna melihat perbedaan mental mereka. Sedangkan historical-psychological adalah
metode untuk melihat perbedaan mental individu dari ras dan kebangsaan
yang berbeda. Sebagai seorang yang dipengaruhi pemikiran Darwin, Wundt
percaya bahwa perkembangan psikologis individu dapat dipelajari dengan
cara melihat sejarah perkembangan manusia itu sendiri. Pada saat
pandangan Wundt tentang mind terfokus pada level kesadaran, metode
introspection mulai dibatasi penggunaannya, dan Wundt beralih pada
metode eksperimen laboratorium modern, dimana yang dipentingkan adalah
kemungkinan duplikasi yang eksak.
Fokus studi Wundt dapat dilihat melalui dua karya besarnya, Principles of Physiological Psychology dan Voelkerpsychologie.
Principles of Physiological Psychology, dalam karyanya ini Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan, emosi, dan abnormalitas kesadaran.
Hasil
eksperimen tentang ingatan akan simple ideas menghasilkan jumlah ide
sederhana yang dapat disimpan dalam ingatan manusia (mind), fakta bahwa
ide yang bermakna akan lebih diingat daripada yang muncul secara random,
serta karakteristik dari kesadaran manusia yang bersifat selektif.
Konsep penting yang muncul adalah apperception, suatu bentuk
operasi mental yang mensintesakan elemen mental menjadi satu kesatuan
utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan
judgement. Studi Wundt tentang emosi dan feelings menghasilkan pembagian
kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi :
Pleasant vs unpleasant
High vs low arousal
Concentrated vs relaxed attention
Teori
ini dikenal sebagai the three dimensional theory namun bersifat
kontroversial.Ide tentang abnormalitas kesadaran dari Wundt dibangun
melalui diskusi-disksui dengan para psikiater terkenal masa itu,
Kretschmer dan Kraepelin. Ide Wundt tentang schizoprenic adalah
hilangnya kontrol appersepsi dan kontrol dalam proses atensi. Akibatnya
proses berpikir hanya bersifat rangkaian asosiasi ide yang tidak
terkontrol.
Voelkerpsychologie, adalah karyanya yang
berfokus pada metode historical psychological. Mind individu adalah
hasil dari sebuah perkembangan species yang panjang. Maka usaha untuk
memahami perkembangan mind harus dilakukan dengan cara menjajagi
perkembangan sejarah peradaban manusia. Sejarah adalah cara untuk sampai
pada psikologi manusia secara intuitif.
Dalam eksplorasi
sejarah perkembangan ini, Wundt sampai pada kajian yang detil dan
sistematis tentang perkembangan bahasa manusia. Hasil kajian ini
dianggap sebagai prestasi besar dalam dunia psikologi dan meletakkan
dasar bagi bidang psikolinguistik. Wundt memandang bahasa dalam dua
seginya, dari aspek linguistik dan aspek kognitif. Bahasa menggambarkan
bagaiamana proses kognitif berjalan dan menggambarkan juga tingkat
abstraksi individu.
Jasa utama Wundt dalam bidang psikologi
adalah usahanya untuk memperjuangkan diterimanya psikologi sebagai
sebuah disiplin ilmu yang mandiri. Ide-ide Wundt sendiri tidak bertahan
lama dan bahkan murid-muridnya tidak banyak mempopulerkan pemikirannya.
Dalam konteks perkembangan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu,Wundt
lebih tepat dianggap sebagai seorang figur transisi yang menjembatani
aspek filosofis dari psikologi di masa lalu dengan ciri terapan dan
natural science dari psikologi di masa depan. Para murid Wundt juga
lebih tertarik untuk mengembangkan psikologi ke dua arah tsb : natural
science dan applied science.
3. Strukturalisme: E.B. Titchener
E.B.
Titchener adalah salah satu murid Wundt yang dianggap paling mendukung
pandangan Wundt, meskipun sebenarnya banyak pandangan Wundt yang
ditentangnya, dan akhirnya dia mengembangkan alirannya sendiri,
structural psychology.
Titchener berkebangsaan Inggris. Ia
belajar di Oxford dalam bidang filsafat sebelumnya beralih ke fisiologi.
Berdasarkan pengalamannya menterjemahkan buku Wundt ke dalam bahasa
Inggris, Titchener tertarik pada ajaran Wundt dan pindah ke Leipzig
untuk menjadi murid Wundt. Setelah menempuh pendidikan di bawah Wundt
dan sempat mengajar sebentar di Inggris, Wundt pindah ke Amerika,
mengajar di Cornell University hingga akhir hayatnya di tahun 1927.
Selama masa tinggalnya di Amerika ini structural psychology yang
dijalaninya menemukan tantangan pada aliran Psikologi lainnya yang khas
Amerika, seperti fungsionalisme dan behaviorisme. Namun Titchener tidak
terpengaruh kepada dua aliran besar tsb dan tetap berpegang pada
strukturalisme hingga akhir hayatnya.
Aliran strukturalisme mendasarkan diri pada konsep utama Titchener, yaitu sensation.Konsep
utama ini membawanya kepada pertentangan dengan Wundt dan konsep
apperceptionnya. Berbeda dengan apperception yang merupakan hasil
kesimpulan, sehingga masih memungkinkan subyektivitas, sensation adalah
hasil pengalaman langsung, sehingga lebih obyektif. Lagipula proses
atensi yang menjadi fungsi apperception selalu dapat dikembalikan kepda
sensasi menurut Titchener.
Tiga pemikiran utama strukturalisme Titchener:
- Identifikasi elemen sensation yang mendasar. Semua proses mental yang kompleks dapat direduksi ke dalam elemen mendasar ini. Sebagai contoh, Titchener menemukan 30.500 elemen visual, empat elemen pengecap, dsb. Titchener menggunakan metode experimental introspection untuk menggali elemen sensasi dasar ini, metode yang dipelajarinya dari Wundt. Namun di tangan Titchener, metode ini lebih elaboratif, karena sifatnya tidak hanya deskriptif tetapi juga analisis yang retrospektif.
- Identifikasi bagaimana elemen dasar sensasi ini saling berhubungan untuk membentuk persepsi, ide dan image yang kompleks. Hubungan ini bersifat dinamis dan selalu berubah sesuai dengan berubahnya elemen dasar, jadi bukan proses asosiasi.
- Menjelaskan bekerjanya mind. Titchener tidak setuju bahwa mind dijelaskan melalui proses psikologis (higher mental process) seperti yang dilakukan Wundt. Mind harus dijelaskan berdasarkan proses fisiologis, yaitu aktivitas sistem syaraf. Karena proses fisiologis lebih observable daripada proses psikologis.
Aliran strukturalisme tidak berkembang menjadi aliran yang besar. Aliran ini menghilang bersamaan dengan wafatnya Titchener.
F. Wajah Psikologi Memasuki Abad ke-20
Memasuki abad ke-20, psikologi berkembang dalam berbagai school of thought. Kalau
Wundt meletakkan dasar bagi psikologi dengan pandangan strukturalisme,
maka selanjutnya berbagai aliran utama yang muncul adalah sebagai
berikut.
- Fungsionalisme
- Behaviorisme
- Psikoanalisa
- Psikologi Gestalt
- Psikologi Humanistik
(Penjelasan lengkapnya akan dijelaskan tersendiri mengenai perkembangan aliran-aliran dalam psikologi di atas).
Sejarah Perkembangan Psikologi di Indonesia
Di
Indonesia perkembangan psikologi dimulai pada tahun 1953 yang
dipelopori oleh Slamet Iman Santoso dengan mendirikan lembaga pendidikan
psikologi pertama yang mandiri dan pada tahun 1960 lembaga tersebut
sejajar dengan fakultas-fakultas lain di Universitas Indonesia dan
kemudian dikembangkan di UNPAD dan UGM. Hingga sekarang, di seluruh
Indonesia sudah berdiri puluhan Fakultas psikologi diberbagai
universitas yang tersebar baik negeri maupun swasta. Satu keunikan dari
Fakultas psikologi yang berkembang di Indoensia adalah tidak adanya
jurusan seperti Fakultas-fakultas lain (jika psikologi berdiri sendiri
sebagai Fakultas).
Walaupun memiliki sejarah yang jauh
lebih pendek daripada keberadaan psikologi di negara-negara barat, namun
kebutuhan akan adanya psikologi di indonesia sama besar dengan
negara-negara barat lainnya. Sebagai negara berkembang, psikologi di
indonesia di butuhkan dalam bidang kesehatan, bisnis, pendidikan,
politik, permasalahan sosial dan lain-lain.
seperti psikologi di barat yang memiliki sejarah yang rumit, begitu pula psikologi di indonesia. Tetapi psikologi di barat tidak selalu dapat di terapkan di indonesia, bahkan psikologi yang ada di indonesia belum tentu dapat berlaku pada etnik lainnya, misalnya standar IQ dari Wescsler-Bellevue yang berlaku di negara-nagara barat tidak berlaku umum di indonesia. Lebih lanjut lagi, standar yang berlaku bagi golongan etnik atau kelas sosial tertentu di indonesia belum tentu berlaku bagi golongan atau etnik lainnya.
seperti psikologi di barat yang memiliki sejarah yang rumit, begitu pula psikologi di indonesia. Tetapi psikologi di barat tidak selalu dapat di terapkan di indonesia, bahkan psikologi yang ada di indonesia belum tentu dapat berlaku pada etnik lainnya, misalnya standar IQ dari Wescsler-Bellevue yang berlaku di negara-nagara barat tidak berlaku umum di indonesia. Lebih lanjut lagi, standar yang berlaku bagi golongan etnik atau kelas sosial tertentu di indonesia belum tentu berlaku bagi golongan atau etnik lainnya.
Selain berbagai masalah di atas,
indonesia juga menghadapi yang di hadapi oleh psikologi di barat.
Asal-usul yang sangat luas, definisi yang bervariasi, teori dan
metodologi yang saling bertentangan dan aplikasi yang sangat luas dan
beragam adalah masalah-masalah yang juga di hadapi oleh para psikologi
di indonesia, guru besar, staf pengajar, dan praktisi yang berbeda
menggunakan pendekan, teori, dan metodologi yang berbeda pula dalam
melihat dalam suatu masalah yang sama. Hal ini menimbulkan kebingungan
pada masyarakat awam di mana masyarakat di indonesia belum dapat
menerima psikologi sebagai suatu yang “umum”, yang dapat melihat suatu
dari barbagai sudut pandang seperti halnya di negara-nagara barat,
masyarakat di nindonesia masih cenderung mengharapkan psikologi sebagai
suatu ilmu yang pasti yang dapat memberikan jawaban dan penyeleseian
yang pasti bagi penyeleseian masalah seperti misalnya, ilmu kedokteran.
Belakangan
ini kemajuan psikologi semakin pesat, ini terbukti dengan
bermunculannya tokoh-tokoh baru, misalnya BF Skinner (pendekatan
behavioristik), Maslow (teori aktualisasi diri) Roger Wolcott (teori
belahan otak), Albert Bandura (social learning teory), Daniel Goleman
(kecerdasan emosi), Howard Gadner (multiple intelligences) dan
sebagainya. Dan perkembangan psikologi sekarang menuju psikologi yang
kontemporer sesuai dengan perkembangan zaman, muncul teori-teori baru
dan aliran-aliran baru seperti Psikologi Lintas Budaya (cross cultur psychology), Indegeneous Psychology (Psikologi Indgeneus), dan Psikologi Positif (Positive Psychology).
Referensi:
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press
Chaplin, J.P. 2008. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo
Brennan, J.F. (1991). History and Systems of Psychology. New Jersey : Prentice Hall Inc.
Lundin, (1991). Theories and Systems of Psychology. 4 rd Ed. Toronto: D.C. Heath and Company.
Lundin, (1991). Theories and Systems of Psychology. 4 rd Ed. Toronto: D.C. Heath and Company.
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/sejarah-psikologi.html. di asuh oleh: DR. phil. Hana Panggabean
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/sejarah-psikologi.html. Oleh DR. phil. Hana Panggabean
terimakasih, izin copy :)
BalasHapusTrims
BalasHapusIt's helpful. thx.
BalasHapusMembantu sekali, thanks
BalasHapusbermanfaat. terimakih
BalasHapusMy blog