Senin, 07 April 2014

Orientasi: Ekstrovert dan Introvert secara Netral

Artikel ini bertujuan untuk memberikan pandangan yang lebih netral terhadap introvert dan ekstrovert yang saya bahas di sebuah artikel kemarin dan menambahi informasi-informasi yang saya dapatkan dari berbagai artikel mengenari introversi dan ekstroversi yang saya dapatkan saat menulis artikel tersebut.
Hal pertama yang harus pembaca ketahui bahwa introversi dan ekstroversi bukanlah satu-satunya penggolongan kepribadian yang ada. Contoh lain misalnya empat penggolongan yang terkenal itu : sanguin, plegmatis, melankolis, dan koleris. Ada lagi kepribadian tipe A dan tipe B (yang disinggung dalam mata kuliah manajemen khususnya MPPL) dan ada pula teori lebih besar yang mencakup introversi dan ekstroversi di dalam teorinya seperti Big Five Personality Traits.
Yang paling penting dari hal ini adalah ini bukan pengkotak-kotakan, ini pengenalan kecenderungan kepribadian. Dalam artian kita tidak mencap seseorang itu tipe A dan yang lain tipe B. Tipe kepribadian ini hanyalah usaha untuk mengenali diri sendiri dan mungkin orang lain dan kemudian memanfaatkannya untuk menyeseuaikan diri kita (sesuai tipe kepribadian diri) dalam kondisi sosial dan menyesuaikan interaksi kita terhadap orang (sesuai tipe kepribadian mereka) supaya kita lebih mengerti mereka dan tidak menyinggung mereka.
Tentu saja, saya bukan ahli di bidang ini. Semua perkataan saya disini tidak dapat dipercaya. Saya cuma mengungkapkan pendapat dan menggabungkan dengan fakta lapangan. Beberapa mungkin saya beri sumber untuk memperkuatnya.

Ekstrovert, Introvert, Ambivert

Perbedaan keduanya sebenarnya terletak kepada seberapa besar individunya bereaksi terhadap rangsangan eksternal yang secara kasar bisa dibilang kondisi sosial.

Ekstrovert

Ekstrovert sangat menikmati kegiatan bersama orang lain dan benci kesendirian. Dalam grup mereka senang berbicara, ramah, dan asertif. Mereka juga terbuka dan tidak keberataan dirinya menjadi pusat perhatian. Jika diberi pilihan, ekstrovert akan memilih untuk mengobrol atau main keluar bersama teman dibanding duduk tenang dan berpikir. Mereka sangat bagus berpikir saat mereka berbicara. Sebuah konsep belum cukup nyata bagi mereka sebelum diutarakan atau didiskusikan dengan orang.
Kemampuan ekstrovert untuk membuka obrolan ringan membuat mereka tampak lebih sosial dibanding introvert. Tentu saja ini jangan dikasarkan menjadi mereka banyak bicara sembarangan. Mereka hanya ingin dikenal ramah dan hangat. Meskipun begitu, hal ini sering dianggap oleh introvert sebagai sebuah basa-basi belaka yang tidak diperlukan.
Seorang ekstrovert bisa dilihat sebagai seorang yang selalu penuh energi dan antusias. Mereka merupakan individu yang berorientasi terhadap aksi. Belum kongkret apa-apa kalai belum diaksikan. Ekstrovert sangat menyukai situasi sosial dan bahkan cenderung mencarinya.  Kemungkinan besar mereka akan menjawab “Ayuk-yuk!” atau “Oke…!” atau “Siapa takut..” sambil kegirangan pada setiap aktivitas yang berpeluang memberikan excitement (apa ini Indonesianya ya? Kegembiraan? Kehebohan? Kegirangan?).
Intinya, seorang ekstrovert tertarik pada dan perhatian terhadap dunia luar. Akan tetapi, jangan disalahpahami bahwa ekstrovert itu suka pamer ya. Sombong dan pamer mah bergantung orangnya bukan bergantung ekstro-introversi. Ekstrovert tidak keberatan jadi pusat perhatian bukan karena mereka cari perhatian tetapi hanya tidak keberatan, itu saja. Mereka memang bersifat terbuka dan ingin orang mengenal mereka lebih.

Introvert

Introvert membutuhkan jauh lebih sedikit kegiatan sosial dan aktivitas dibanding ekstrovert. Mereka cenderung tampak tenang atau bahkan tampak pendiam, apa adanya, dan berhati-hati. Introvert lebih tertarik pada dan perhatian terhadap dunia dalam dirinya atau yang berkaitan dengan diri dan pikirannya dibanding dunia luar. Mereka sangat menikmati aktivitas berpikir dan menjelajahi khayalan atau pikiran dan perasaan diri sendiri.
Introvert cenderung terbebani dengan aktivitas sosial yang terlalu banyak dan lebih menyukai aktivitas yang bersifat santai. Kegiatan mandiri seperti membaca buku, main komputer, memecahkan teka-teki lebih mereka sukai daripada jalan-jalan. Mereka  cenderung tertutup dan tidak suka jadi pusat perhatian. Kegiatan di belakang layar mungkin favorit mereka.
Terkadang mereka bahkan menghindari situasi sosial bersama orang-orang karena mereka cepat lelah dalam situasi ini. Hal ini bukan karena mereka benci manusia atau anti sosial. Hal ini pun terjadi walaupun introvert tersebut punya kemampuan sosial atau soft skill yang super.  Setelah beraktivitas bersama orang dalam waktu tertentu, mereka butuh waktu sendiri untuk mengisi energi dan menata kembali pikiran mereka.
Introvert cenderung berpikir sebelum berbicara. Hal inilah penyebab mereka cenderung pendiam karena mereka tidak suka berbicara jika tidak diperlukan. Mereka umumnya suka menulis karena aktivitas menulis menuangkan apa yang ada dipikirannya dan yang terpenting: harus dipikiran sebelum dituangkan.
Meskipun begitu, banyak kesalahpahaman yang diberikan orang terhadap introvert sebagai seorang anti sosial hanya karena mereka tidak looking forward dalam aktivitas luar. Sekali lagi, supaya baik introvert maupun ekstrovert mengerti, introvert bukanlah ansos meskipun memang mungkin ada irisan diantara keduanya.
Introvert tidak berarti mereka tidak punya kemampuan berinteraksi dengan orang. Kemampuan soft skill bergantung pada masing-masing orang, bukan ekstroversi-introversi. Mereka juga bisa enerjik, aktif, dan banyak bicara terutama dalam hal yang mereka sukai. Akan tetapi, hal itu jarang terjadi dalam aktivitas berkelompok karena mereka cepat lelah terhadap hal-hal fisik seperti itu.

Ambiversi

Kedua ekstroversi dan introversi juga tidak mesti sesuatu yang bertolak belakang. Mungkin kita bisa melihatnya seperti spektrum cahaya dimana kita bisa 60% ekstrovert dan 40% introvert (ini hanya karangan saya). Beberapa teori kontemporer katanya juga tidak menganggap ekstroversi dan introversi sebagai dua jawaban mutlak. Terdapat pula ambiversi yang berada dipertengahan keduanya. Seorang ambivert sangat menyukai interaksi grup dan keramaian sosial tetapi juga menikmati waktu-waktu untuk menyepi.
Oh ya, sudah saya singgung bahwa introversi dan ekstroversi tidak ada hubungannya dengan kemampuan mereka dalam interaksi sosial karena kemampuan sosial seperti itu bergantung pada lingkungan dan latihan kita. Bisa dinamis. Istilah ini juga tidak ada hubungannya dengan seberapa banyak Anda berbicara dan seberapa besar Anda bergerak dalam kondisi sosial. Seorang introvert bisa saja konyol dalam sebuah acara seperti memakai kostum anime, tertawa terbahak-bahak, atau berbuat hal yang gila bergantung pada acaranya, orang-orangnya, peran dia disana, berapa lama dia ada disana, kondisi stress dan kebosanan dia, dan mungkin susunan bintang di jagad raya. Akan tetapi, setelah itu biasanya ia akan langsung pulang ke rumah, tidak kelayapan lagi karena stok energi sosialnya sudah habis.

Kok, artikel sebelumnya gitu banget sih sama ekstrovert

Jawaban singkatnya ya balas dendam terhadap pem-bully. Habisnya pada kulitnya dan di mata masyarakat, ekstrovert dianggap sebagai orang yang dijunjung tinggi sedangkan introvert sebagai buangan sosial.

Memangnya introvert sebegitu merasa ditekan oleh ekstrovert?

Bisa dibilang, sangat. Sudah dibilang bahwa ekstrovert adalah dominan. Dengan nafsu mereka yang besar terhadap perhatian dan pembicaraan, mereka juga mendominasi kehidupan sosial sehingga masyarakat pun mengeset ekspektasi berdasarkan mereka. Pada masyarakat ekstrovis, outgoing dianggap normal dan , tanda kebahagiaan, kepercayadirian, dan kepemimpinan. Ekstrovert dilihat sebagai berjiwa besar, hangat, bersemangat, dan empatik. Introvert didefinisikan dengan kata-kata seperti “protektif”, “penyendiri”, “pendiam”, “nerd”, “pemalas” dan kata-kata sempit tak baik yang mengesankan ketakstabilan emosi dan kepribadian yang kecil. Mungkin hal ini agak tidak berpengaruh kepada laki-laki yang bisa dianggap sebagai misterius, kuat, dan tipe cool yang pendiam. Wanita introvert, sepertinya jauh lebih sengsara dan dianggap sebagai penakut, terkungkung, dan angkuh.
Introvert dapat dengan mudah mengenali ekstrovert. Mau gimana lagi, biasanya ekstrovert mendeskripsikan diri mereka sendiri dengan jelas pada interaksi mereka yang sering, tak terelakkan, dan berlebihan itu baik secara gamblang (mereka sendiri yang ngomong) maupun gerak-gerik mereka. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku dua arah. Ekstrovert sangat kurang memahami introvert. Mereka berasumsi bahwa tawaran menemani misalnya mengajak main atau mengobrol khususnya dari mereka sendiri selalu diterima dengan terbuka. Mereka tidak dapat mengerti bagaimana bisa orang butuh “sendirian”. Mereka tidak paham inti utama duduk perkaranya.

Introversi menurut daerah

Keberterimaan masyarakat terhadap introvert sebenarnya bergantung pada daerahnya. Menurut wikipedia, masyarakat yang mayoritas ekstrovert, seperti Amerika Serikat, cenderung menolak introversi. Masyarakat dengan budaya lain seperti Eropa Tengah dan Jepang dimana misalnya Budha dan Sufisme berkembang, lebih menghargai introvert.
Orang-orang yang tinggal di pulau-pula lebih cenderung introvert dibanding orang yang tinggal di daratan luas atau perkotaan. Orang yang nenek moyangnya tinggal pada pulau selama 20 generasi cenderung kurang ekstrovert dibanding yang datang belakangan. Kemudian, orang yang beremigrasi ke perkotaan cenderung lebih ekstrovert dibanding orang yang tinggal di pulau atau yang berimigrasi ke pulau.

Introvert dapat memperbaiki diri dan berubah menjadi ekstrovert?

Menurut sebuah artikel di Carlkingdom, hal ini adalah mitos yang tidak benar dan tidak perlu dianggap benar. Mari saya kutip paragraf disana dengan sedikit perubahan.
Dunia tanpa introvert artinya dunia dengan lebih sedikit ilmuwan, musisi, artis, penyair, pembuat film, dokter, matematikawan, penulis, dan filsuf. Meskipun begitu, ada banyak teknik yang bisa Ekstrovert pelajari untuk berinteraksi dengan introvert. (Ya, istilah yang tertulis di kalimat barusan tidak salah ketik atau terbalik. Ekstrovert harus belajar berinteraksi dengan introvert.) Introvert tidak dapat “memperbaiki diri” bahkan butuh penghargaan atas tempramen alami mereka dan kontribusi ke ras manusia.

Kelemahan Introvert

Artikel Masalah dan Kesalahpahaman terhadap Introvert sebelumnya bertujuan untuk meluruskan pendapat orang terhadap introvert dan sekaligus balas dendam terhadap ekstrovert yang sering memandangnya sebelah mata. Jelas saja, artikel tersebut banyak menyebutkan kelebihan introvert dibanding kelemahannya karena kelebihan yang dibahas adalah suatu yang pada kulitnya bagi ekstrovert adalah sebuah keanehan.
Biar adil, saya cantumkan juga kelemahan terbesar bagi introvert. Paragraf mengenai kelemahan introvert berikut diterjemahkan bebas dari laman newreflectionscounseling.com (karena penulis malas menyarikan dan menggabung dengan sumber lain).
Introvert seperti beberapa kali ditekankan sebelumnya lebih nyaman dalam dunia mereka sendiri. Mereka memiliki kehidupan internal yang lebih kaya, sehingga mereka tidak memerlukan stimulus luar seperti yang banyak dipuja extrovert. Introvert yang menangani diri dengan baik dapat berhadapan dengan dunia sekitarnya secara kompeten jika dibutuhkan meskipun mereka jelas lebih baik bekerja di dalam kepalanya seperti pada perencanaan dan introspeksi.
Akan tetapi, introvert yang tidak berkembang dapat membahayakan diri sendiri. Ia tidak bisa menghubungkan dirinya dengan dunia sekitar atau bahkan diri sendiri. Mereka bisa menggunakan keahlian utama mereka tadi – introspeksi – secara tidak terkontrol. Misalnya, refleksi – jika dilakukan secara esktrem – dapat menjadi perenungan yang menyakitkan dan melukai psikologi sendiri.
Introvert memang bagus dalam menganalisa dan memainkan kembali situasi. Dengan kemampuan ini, mereka bisa saja mencari hikmah sendiri dari segala pengalaman dan kejadian, mereka apa yang salah, dan menemukan wawasan sehingga tersimpul “semuanya masuk akal”. Akan tetapi, ia bisa jatuh kepada ide bahwa ia dapat menyembuhkan diri sendiri.  Dengan ini, introvert bisa membuat pernyataan bahwa “Saya tidak memerlukan orang lain. Saya mandiri. ” Yah, secara alami introvert memang hanya membutuhkan sedikit kontak dengan orang lain. Introvert bisa menyakiti diri dengan sakau relasi bila mereka tidak menyadari meskipun mereka tidak membutuhkan hubungan remeh temeh, mereka sangat membutuhkan komunikasi reguler yang dalam dan bermakna dengan orang lain. Tanpa melatih “mengekspresikan” dunia internalnya, introvert tidak akan berkembang.

Orientasi

Sebenarnya ini di luar topik tetapi kata ini tercantum di judul artikel ini. Mungkin karena saya introvert jadi saat saya menulis kata orientasi pada paragraf terakhir di artikel sebelumnya saya berpikir bahwa ada beberapa pembaca saya yang akan menghubungkan orientasi di sana dengan orientasi lain, misalnya orientasi paham, seksual, dll. Ya, di sana (di paragraf terakhir tersebut) dan juga di sini, saya menekankan bahwa suatu orientasi itu sulit diubah dan bukan merupakan sebuah pilihan. Mungkin itu ada sebuah efek dari pengalaman yang kompleks, trauma, atau bahkan genetis. Hanya saja, saya serahkan kepada pembaca mana orientasi yang wajar dan mana yang sebaiknya mengikuti norma umum, harus ditekan dan diubah, dan tidak boleh diekspresikan dengan lantang (alias menyimpang). Yang jelas itu bukan introversi.

Penutup

Pengetahuan mengenai introversi dan ekstroversi diri tidak lain berguna untuk pengembangan pribadi sendiri. Dengan demikian, introvert tidak jatuh kepada jurang terdalam keintrovertannya. Ekstrovert juga diharapkan dapat mengerti perilaku introvert yang mungkin diluar ekspektasi mereka sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman di antara kita.

2 komentar:

  1. Yes brother...
    saya setuju....
    artikel anda bagus banget....
    Literasinya saya yakin oke nih...

    Saya juga di takdirkan menjadi introvert..........
    Saya taunya dulu krn sering di anggep pendiam, penyendiri, dan gak suka hang out.
    Jujur saja saya sempat depresi, krn tuntutan orng2 ekstravert kampret itu, hahaha....

    Akhirnya tgl 16 Jan 2014 kemarin sy beli buku The Introvert Advantage...
    Baca buku itu, dri awal smpe akhir saya hnya bisa ngangguk2...
    Ya, dri situ sy mulai searching dan akhirnya sy bisa ktemu blog ini....

    Sekian share dri saya....

    BalasHapus
  2. bagus banget artikelnya lengkap kak

    BalasHapus