Apa Itu Sindrom Asperger?
Sindrom
Asperger juga disebut gangguan Asperger, adalah jenis gangguan
perkembangan pervasif (PDD). PDD adalah sekelompok kondisi tertundanya
perkembangan keterampilan dasar, terutama kemampuan untuk bersosialisasi
dengan orang lain, berkomunikasi, dan menggunakan imajinasi. Meskipun sindrom asperger mirip dalam beberapa hal seperti autisme atau lebih
parah dari PDD tetapi ada beberapa perbedaan penting. Anak-anak dengan
sindrom asperger kemampuannya berfungsi lebih baik dibandingkan
orang-orang dengan autisme. Selain itu, anak-anak dengan sindrom
asperger biasanya memiliki kecerdasan normal dan perkembangan bahasa
mendekati normal, meskipun mereka mungkin bermasalah dalam mengembangkan
komunikasi ketika usia mereka bertambah.
Autisme dan Anak Anda
Setiap anak dengan gangguan spektrum autisme akan memiliki pola
individualnya sendiri. Dalam autisme kadang-kadang, perkembangan anak
tertunda sejak lahir. Anak-anak dengan autisme berkembang secara normal
sebelum tiba-tiba kehilangan kemampuan sosial atau bahasa. Pada beberapa
anak, hilangnya bahasa adalah penurunan nilai kemampuan tersebut. Pada
anak lain, perilaku yang tidak biasa (seperti menghabiskan berjam-jam
menyusun mainan) sangat mendominasi kegiatannya. Orang tua biasanya yang
pertama melihat sesuatu yang berbeda pada anak.
Dokter Austria, Hans Asperger, yang pertama kali menggambarkan gangguan
Sindrom Asperger pada tahun 1944. Namun sindrom asperger tidak diakui
sebagai gangguan yang unik sampai beberapa tahun kemudian. Konsepsi
modern sindrom Asperger pada tahun 1981 mulai dipopulerkan, dan menjadi
standar sebagai diagnosis pada awal 1990-an.
Gejala-gejala sindrom Asperger bervariasi dan dapat berkisar dari ringan sampai parah. Gejala umum termasuk:
Masalah dengan keterampilan sosial :
Anak-anak dengan sindrom Asperger umumnya memiliki kesulitan
berinteraksi dengan orang lain dan sering canggung dalam situasi sosial.
Mereka umumnya tidak dapat berteman dengan mudah. Mereka mengalami
kesulitan memulai dan mempertahankan percakapan.
Eksentrik atau perilaku berulang-ulang :
Anak-anak dengan kondisi perkembangan yang sangat berbeda dan sering
melakukan gerakan yang berulang, seperti meremas-remas tangan atau jari
memutar.
Keasyikan atau ritual yang tidak biasa : Seorang anak
dengan sindrom Asperger dalam kesehariannya selalu mengikuti ritual yang
sama dan ia menolak untuk mengubah kebiasannya tersebut, seperti
berpakaian dengan urutan tertentu.
Kesulitan komunikasi : Orang dengan sindrom Asperger
mungkin tidak ada kontak mata ketika berbicara dengan seseorang. Mereka
mungkin memiliki kesulitan menggunakan ekspresi wajah dan gerak tubuh
dan arti bahasa tubuh. Mereka juga cenderung memiliki masalah memahami
bahasa dalam konteks tertentu.
Jangkauan sesuai kepentingan : Seorang anak dengan
sindrom Asperger dapat mengembangkan kemampuan diri dan mengembangkan
diri dalam beberapa bidang, seperti mengingat jadwal olahraga, cuaca,
atau peta.
Masalah koordinasi : Tigkahlaku anak dengan sindrom Asperger mungkin tampak kikuk atau canggung.
Terampil atau berbakat : Banyak anak dengan sindrom
Asperger adalah sangat berbakat atau terampil dalam bidang tertentu,
seperti musik atau matematika.
Apa Penyebab Sindrom Asperger?
Penyebab pasti sindrom asperger belum diketahui secara pasti. Namun, fakta bahwa dalam keluarga menunjukkan kecenderungan gangguan tersebut dapat diwariskan (diturunkan dari orangtua ke anak).
Bagaimanakah Sindrom Asperger Itu?
Sindrom Asperger baru-baru ini telah diakui sebagai gangguan yang unik.
Untuk alasan itu, jumlah yang tepat dari orang dengan gangguan tersebut
belum diketahui dengan pasti, meskipun lebih umum daripada autisme.
Perkiraan menunjukkan sindrom Asperger mempengaruhi dari 2 sampai 6 dari
setiap 1.000 anak. Hal ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki
daripada perempuan, dan biasanya pertama kali didiagnosis pada anak-anak
antara usia 2 dan 6 tahun.
Bagaimana Sindrom Asperger Didiagnosis?
Jika ada gejala, dokter akan memulai dengan melakukan evaluasi riwayat
medis lengkap dan pemeriksaan fisik. Meskipun tidak ada tes untuk
sindrom Asperger, dokter mungkin menggunakan berbagai tes, seperti
sinar-X dan tes darah untuk menentukan apakah ada gangguan fisik
sehingga timbul gejala tersebut.
Jika tidak ada gangguan fisik ditemukan, anak dapat dirujuk ke spesialis
pada gangguan perkembangan anak, seperti psikiater anak dan remaja atau
psikolog, neurolog pediatrik, dokter anak, atau profesional kesehatan
lain yang dilatih khusus untuk mendiagnosa dan mengobati sindrom
Asperger . Dokter mendasarkan diagnosanya pada tingkat perkembangan
anak, dan observasi melalui wawancara dan perilaku anak, termasuk
bermain dan kemampuan anak untuk bersosialisasi dengan orang lain.
Dokter sering mencari masukan dari orang tua, guru, dan orang dewasa
lainnya yang akrab dengan anak.
Bagaimana Sindrom Asperger Diobati?
Saat ini tidak ada obat untuk sindrom Asperger, tetapi pengobatan dapat
meningkatkan fungsi dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
Pengobatan dapat dipadukan dengan :
Pendidikan khusus : Pendidikan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan unik pendidikan anak.
Modifikasi perilaku : Hal ini meliputi strategi untuk mendukung perilaku positif dan mengurangi perilaku bermasalah.
Terapi Wicara, fisik, atau okupasi terapi : terapi ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan fungsional anak.
Obat : Tidak ada obat untuk mengobati sindrom Asperger
sendiri, tetapi obat dapat digunakan untuk mengobati gejala tertentu,
seperti kecemasan, depresi, hiperaktif, dan perilaku obsesif-kompulsif.
Apa Pandangan Orang Tentang Anak Dengan Sindrom Asperger?
Anak-anak dengan sindrom asperger beresiko dengan kondisi lain, seperti
depresi, ADHD, skizofrenia, dan gangguan obsesif-kompulsif. Tapi, ada
berbagai pilihan pengobatan yang tersedia untuk kondisi ini.
Karena tingkat kecerdasan rata-rata atau sering lebih tinggi dari pada rata-rata, orang dengan sindrom Asperger kemampuannya dapat berfungsi dengan baik. Mereka mungkin, memiliki masalah bersosialisasi dengan orang lain sampai dewasa.
Bisakah Sindrom Asperger Dicegah?
Sindrom Asperger tidak dapat dicegah atau disembuhkan. Namun, Intervensi
dini dan pengobatan dapat meningkatkan fungsi dan kualitas hidup.http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/09/sindrom-asperger
0 komentar:
Posting Komentar